wisata

wisata

Jumat, 21 Mei 2010

sejarah perpustakaan roma dan bizantium

ROMA
Yunani mempengaruhi kehidupan budaya dan intelektual Roma. Ini terbukti bahwa banyak orang Roma mempelajari
sastra, filsafat, dan ilmu pengetahuan Yunani, bahkan juga bertutur bahasa Yunani. Perpustakaan pribadi mulai tumbuh
karena perwira tinggi banyak yang membawa rampasan perang termasuk buku. Julius Caesar bahkan memerintahkan
agar Perpustakaan terbuka untuk umum. Perpustakaan kemudian tersebar ke seluruh bagian kerajaan Roma. Pada
masa ini diganti dengan codec, yang merupakan kumpulan parchmen, diikat serta dijilid menjadi satu sperti buku yang
kita kenaldewasa ini. Codex mulai digunakan secara besar-besaran abad ke-4.
Perpustakaan mulai mengalami kemunduran tatkala kerajaan Roma mulai mundur. Akhirnya, yang tinggal hanyalah
Perpustakaan biara, yang lain uumnya lenyap akibat serangan orang-orang barbar.
BYZANTIUM
Kaisar Konstantin Agung menjadi raja Kerajaan Roma barat dan Timur pada tahun 324. Ia memilih ibukota di Byzantium,
kemudian diubah menjadi Konstantinopel. Ia mendirikan Perpustakaan kerajaan serta menekankan karya Latin karena
bahasa Latin merupakan bahasa resmi hingga adad ke-6. Koleksi ini nanti ditambah dengan karya orang Kristen dan
non-Kristen, baik dalam bahasa Yunani maupun Latin. Koleksinya tercatat hingga 120.000 buku. Pada waktu itu gereja
merupakan pranata kerajaan paling penting. Karena adanya ketentuan bahwa seorang uskup harus memiliki sebuah
perpustakaan maka perpustakaan gereja berkembang. Kerajaan Byzantium kaya, berpenduduk padat, secara kultural,
intelektual dan politiknya cukup matang yang diperkaya oleh ajaran Yunani dan Timur serta dipengaruhi tradisi Roma
dalam pemerintahan. Kerajaan in bertahan hingga abad ke-15. Antara pertengahan abad ke tujuh hingga pertengahan
abad ke-9 terjadi kontoversi mengenai ikonoklasme yaitu penggambaran Yesus dan orang kudus lainnya pada benda.
Akibat larangan ini banyak biara ditutup, artanya disita. Akibatnya lagi, biarawan Yunani mengungsi ke Italia. Selam
periode ini, hiasan manuskrip dengan menggunkan huruf rias, gulungan maupun miniatur tidak disgunakan dalam karya
keagamaan maupun Bibel. Setelah kontroversi berakhir, minat terhadap karya Yunani kuno berkembang lagi. Selama
300 tahunkarya Yunani disalin, ditulis kembali, diberi komentar, dibuatkan ringkasan sastra Yunani bahkan juga
dikembangkan ensiklopedia dan leksikon mengenai Yunani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar