wisata

wisata

Selasa, 22 Maret 2011

tips menulis latar belakang

Berikut ini saya coba uraikan beberapa hal agar dapat membantu menyusun "Latar Belakang". Latar belakang terdiri dari tiga unsur, yaitu: 1. Kondisi ideal 2. Kondisi saat ini 3. Solusi / suatu hal untuk mengatasi gap antara kondisi saat ini dengan kondisi ideal ... 1. Kondisi Ideal Kondisi ideal menggambarkan sebuah keadaan yang menjadi tujuan, dicita-citakan, atau impian. Dalam sebuah organisasi, kondisi ideal biasanya diuraikan dalam sebuah visi misi. Kondisi ideal juga bisa berarti suatu kondisi jangka pendek / jangka menengah / jangka panjang yang ingin dicapai, khususnya yang berkaitan dengan Tulisan yang akan Anda rumuskan. Ibaratnya perjalanan, kondisi ideal ini adalah kota tujuan yang ingin dicapai. 2. Kondisi Saat Ini Kondisi saat ini menggambarkan keadaan yang secara realita benar-benar terjadi pada saat ini. Uraikan kondisi realita tersebut, terutama yang berkaitan dengan tulisan yang sedang dirumuskan. Dan nantinya akan dikaitkan dengan kondisi ideal di atas, akan ditarik benang merahnya. Ibaratnya perjalanan, kondisi saat ini adalah ungkapan tentang: sudah sampai mana perjalanan kita, apakah sudah sampai 10 KM, sudah sampai kota X, atau bahkan belum jalan sama sekali. 3. Solusi Pada bagian ini, barulah diuraikan hal-hal yang akan dilakukan/ditulis/diteliti/dll dalam rangka mengatasi gap antara kondisi saat ini dengan kondisi ideal yang ingin dicapai. Ibaratnya perjalanan, solusi ini adalah usaha yang akan kita lakukan untuk menuju kota tujuan dari posisi perjalanan kita saat ini. Solusi inilah yang akan menjadi inti dari Tulisan kita nanti. Setelah semua diuraikan dalam Latar Belakang, barulah sub-bab berikutnya. Misalnya sub-bab permasalahan yang menggambarkan masalah apa saja yang mungkin akan dihadapi dalam melaksanakan solusi/Tulisan yang akan dikerjakan. Lalu subbab-subbbab lainnya, misalnya Tujuan, Sasaran, dll.

rumus

Tabel 3.2 : Rincian civitas akademika STIPAR dan APEPH Yayasan Pendidikan Jalur Wisata Engku Puteri Hamidah Pekanbaru PROGRAM STUDI CIVITAS AKADEMIKA STIPAR DAN APEPH TOTAL STIPAR D4 APEPH D3 DOSEN DOSEN TIDAK TETAP KARY Perhotelan 78 32 30 5 2 Usaha Perjalanan Wisata 25 27 Jumlah 103 59 30 5 2 199 Keterangan : n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan (Umar, 2004). Dari data yang tertera di atas, jumlah sampel yang akan diteliti adalah: Tabel 3.3 : Prosentase sampel masing-masing strata pada Civitas Akademika STIPAR dan APEPH PROGRAM STUDI PROPORTIONAL STRATIFIED RANDOM SAMPLING DARI POPULASI CIVITAS AKADEMIKA STIPAR DAN APEPH TOTAL MHS STIPAR D4 MHS APEPH D3 DOSEN DOSEN TIDAK TETAP KARY Perhotelan 23% 15% 8% 15% 2% Usaha Perjalanan Wisata 11% 26% Jumlah 34% 41% 8% 15% 2% 100% Tabel 3.4 : Jumlah sampel masing-masing strata pada Civitas Akademika STIPAR dan APEPH PROGRAM STUDI PROPORTIONAL STRATIFIED RANDOM SAMPLING DARI POPULASI CIVITAS AKADEMIKA STIPAR DAN APEPH TOTAL MHS STIPAR D4 MHS APEPH D3 DOSEN DOSEN TIDAK TETAP KARY Perhotelan 23% x 163 =37.49 Dibulatkan menjadi 38 orang 15% x 163 =24.45 Dibulatkan menjadi 25 orang 8% x 163 =13.04 Dibulatkan menjadi 13 orang 15% x 163 =24.04 Dibulatkan menjadi 24 orang 2% x 163 =3.26 Dibulatkan menjadi 3 orang Usaha Perjalanan Wisata 11% x 163 =17.93 Dibulatkan menjadi 18 orang 26% x 163 =42.38 Dibulatkan menjadi 42 orang Jumlah 56 orang 67 orang 13 orang 24 orang 3 orang 163 Orang

Kamis, 30 Desember 2010

1. SELEKSI BAHAN PUSTAKA Seleksi bahan pustaka adalah proses mengidentifikasi bahan pustaka yang akan ditambahkan pada koleksi yang telah ada di perpustakaan. Seleksi bahan pustaka merupakan kegiatan penting yang perlu dilakukan karena berhubungan dengan mutu perpustakaan yang bersangkutan. Suatu perpustakaan tidak akan ada artinya bila koleksi yang tersedia tidak tersedia sesuai dengan kebutuhan pemakainya. Semua bahan pustaka hendaknya dipilih secara cermat, disesuaikan dengan standar kebutuhan pemakai perpustakaan dalam suatu skala prioritas yang telah ditetapkan dan mencakup persyaratan antara lain: • Isi buku • Bahasa yang digunakan • Ciri fisik buku • Otoritas pengarang/ penerbit Setiap perpustakaan mempunyai struktur organisasi tersendiri. Ketentuan-ketentuan bagaimana melakukan seleksi dan siapa yang berhak melakukan seleksi tergantung dari tipe perpustakaan yang bersangkutan, dan struktur organisasi didalamnya. Pada dasarnya yang membedakan proses seleksi bahan pustaka disetiap perpustakaan adalah adalah adanya tugas dan tujuan yang berbeda dari setiap perpustakaanyang bersangkutan serta masyarakat yang dilayaninnya. Dalam pemilihan atau seleksi bahan pustaka perpustakaan harus berpedoman pada prinsip-prinsip seleksi. Prinsip seleksi merupakan salah satu acuan yang digunakan perpustakaan untuk mengisi koleksi perpustakaannya. Beberapa prinsip dasar dalam pemilihan koleksi perpustakaan adalah sebagai berikut: • Semua bahan pustaka harus dipilih secara cermat, disesuaikan dengan keperluan pemakai dan menurut skala prioritas yang telah ditetapkan. • Pengadaan bahan pustaka didasarkan atas peraturan tertulis yang merupakan kebijakan pengembangan koleksi yang disahkan oleh penenggung jawab lembaga dimana perpustakaan bernaung. Untuk mendukung proses pemilihan bahan pustaka secara baik dan optimal perlu ditetapkan alat Bantu seleksi, antara lain: Daftar judul buku yang disahkan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah; katalog atau brosur penerbit; timbangan atau resensi buku; daftar terbitan berkala; dan usulan dari para pengguna. 2. PENYIANGAN BAHAN PUSTAKA Penyiangan bahan pustaka atau weeding yaitu upaya mengeluarkan koleksi dari susunan rak karena tidak diminati terlalu banyak eksemplarnya, telah ada edisi terbaru maupun koleksi itu tidak relevan. Koleksi yang dikeluarkan ini dapat diberikan ke perpustakaan lain , atau dihancurkan untuk dibuat kertas lagi. Koleksi perpustakaan secara berkala perlu disiangi agar bahan pustaka yang sudah tidak sesuai lagi dapat diganti dengan bahan pustaka yang baru . pemilihan bahan pustaka yang dikeluarkan dari koleksi sebaiknya dilakukan oleh petugas perpustakaan dan guru, kemudian untuk dipisahkan atau dipindahkan, dihibahkan atau dimusnahkan. Keputusan tersebut berdasarkan pertimbangan kemuktakhiran, kesesuaian, dan kondisi fisik dokumen. Adapun alasan dilakukannya bahan pustaka yang perlu dikeluarkan dari koleksi adalah sebagai berikut: • Bahan pustaka yang isinya sudah tidak sesuai lagi • Edisi dan cetakan lama • Bahan pustaka yang rusak dan tidak dapat diperbaiki • Bahan pustaka yang isinya tidak lengkap • Bahan pustaka yang jumlah copynya terlalu banyak Dengan melakukan proses penyiangan bahan pustaka ini perpustakaan bertujuan untuk memelihara ke-up-date-an, keaktifan dan manfaat koleksi tersebut yang merupakan refleksi dari sasaran dan tujuan perpustakaan. Dan solusi dari bahan pustaka yang disiangi yaitu dengan cara menjualnya, pertukaran antar perpustakaan, atau memberikan hadiah kepada yang membutuhkannya. Adapun prosedurnya menurut sebagai berikut: • menentukan persyaratan koleksi yang akan disiangi misalnya atas dasar usia terbit, subjek, cakupan atau kandungan informasi • Menentukan jenis koleksi yang ingin disiangi seperti buku, majalah, brosur, kaset rekaman, laporan tahunan. • Mengeluarkan kartu buku, mencabut katalog dari semua jajaran katalog, dan menghapus data dari pangkalan data/ opac. • Koleksi perpustakaan yang disiangi diberi cap yang berbunyi: “dikeluarkan dari koleksi perpustakaan”. • Membuat berita acara tentang penyiangan koleksi untuk keperluan administrasi dengan dilampiri daftar bahan pustaka hasil penyiangan. • Menyimpan koleksi hasil penyiangan tersebut digedung atau bisa ditawarkan ke perpustakaan lain yang membutuhkan. 3. EVALUASI BAHAN PUSTAKA Evaluasi merupakan penggunaan teknik penelitian untuk mengukur kebutuhan pemakai serta tujuan-tujuan yang dapat mencapai suatu program dalam proses mengoleksi, menganalisa, dan mengartikan informasi atau sebagai bentuk instruksi. Evaluasi merupakan bentuk riset, didalamnya menyatakan hipotesis dan obyeknya, memberi definisi obyek yang akan dikaji, mengumpulkan data, menganalisa data dan menarik kesimpulan. Adapun tujuan dari evaluasi diantaranya adalah untuk menentukan kualitas koleksi dan juga mengetahui apakah tujuan perpustakaan yang telah ditentukan telah tercapai. Ada beberapa cara untuk menilai koleksi perpustakaan yaitu: • Membandingkan koleksi perpustakaan dengan senarai standar yang diterbitkan. • Membandingkan koleksi perpustakaan dengan koleksi perpustkaan yang besar. • Melakukan kegiatan berapa banyak koleksi yang digunakan. • Memeriksa koleksi dengan bantuan pakar pada subjek yang bersangkutan. • Mengumpulkan pendapat pemakai.

Senin, 22 November 2010

wisata kampar

istana siak sejarah Kerajaan Siak Sri Indrapura didirikan pada tahun 1723 M oleh Raja Kecik yang bergelar Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah putera Raja Johor (Sultan Mahmud Syah) dengan istrinya Encik Pong, dengan pusat kerajaan berada di Buantan. Konon nama Siak berasal dari nama sejenis tumbuh-tumbuhan yaitu siak-siak yang banyak terdapat di daerah siak. Sebelum kerajaan Siak berdiri, daerah Siak berada dibawah kekuasaan Johor. Yang memerintah dan mengawasi daerah ini adalah raja yang ditunjuk dan di angkat oleh Sultan Johor. Namun hampir 100 tahun daerah ini tidak ada yang memerintah. Daerah ini diawasi oleh Syahbandar yang ditunjuk untuk memungut cukai hasil hutan dan hasil laut. Pada awal tahun 1699 Sultan Kerajaan Johor bergelar Sultan Mahmud Syah II mangkat dibunuh Magat Sri Rama, istrinya yang bernama Encik Pong pada waktu itu sedang hamil dilarikan ke Singapura, terus ke Jambi. Dalam perjalanan itu lahirlah Raja Kecik dan kemudian dibesarkan di Kerajaan Pagaruyung Minangkabau. Sementara itu pucuk pimpinan Kerajaan Johor diduduki oleh Datuk Bendahara tun Habib yang bergelar Sultan Abdul Jalil Riayat Syah. Setelah Raja Kecik dewasa, pada tahun 1717 Raja Kecik berhasil merebut tahta Johor. Tetapi tahun 1722 Kerajaan Johor tersebut direbut kembali oleh Tengku Sulaiman ipar Raja Kecik yang merupakan putera Sultan Abdul Jalil Riayat Syah. Dalam merebut Kerajaan Johor ini, Tengku Sulaiman dibantu oleh beberapa bangsawan Bugis. Terjadilah perang saudara yang mengakibatkan kerugian yang cukup besar pada kedua belah pihak, maka akhirnya masing-masing pihak mengundurkan diri. Pihak Johor mengundurkan diri ke Pahang, dan Raja Kecik mengundurkan diri ke Bintan dan seterusnya mendirikan negeri baru di pinggir Sungai Buantan (anak Sungai Siak). Demikianlah awal berdirinya kerajaan Siak di Buantan. Namun, pusat Kerajaan Siak tidak menetap di Buantan. Pusat kerajaan kemudian selalu berpindah-pindah dari kota Buantan pindah ke Mempura, pindah kemudian ke Senapelan Pekanbaru dan kembali lagi ke Mempura. Semasa pemerintahan Sultan Ismail dengan Sultan Assyaidis Syarif Ismail Jalil Jalaluddin (1827-1864) pusat Kerajaan Siak dipindahkan ke kota Siak Sri Indrapura dan akhirnya menetap disana sampai akhirnya masa pemerintahan Sultan Siak terakhir. Pada masa Sultan ke-11 yaitu Sultan Assayaidis Syarief Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin yang memerintah pada tahun 1889 ? 1908, dibangunlah istana yang megah terletak di kota Siak dan istana ini diberi nama Istana Asseraiyah Hasyimiah yang dibangun pada tahun 1889. Pada masa pemerintahan Sultan Syarif Hasyim ini Siak mengalami kemajuan terutama dibidang ekonomi. Dan masa itu pula beliau berkesempatan melawat ke Eropa yaitu Jerman dan Belanda. Setelah wafat, beliau digantikan oleh putranya yang masih kecil dan sedang bersekolah di Batavia yaitu Tengku Sulung Syarif Kasim dan baru pada tahun 1915 beliau ditabalkan sebagai Sultan Siak ke-12 dengan gelar Assayaidis Syarif Kasim Abdul Jalil Syaifuddin dan terakhir terkenal dengan nama Sultan Syarif Kasim Tsani (Sultan Syarif Kasim II). Bersamaan dengan diproklamirkannya Kemerdekaan Republik Indonesia, beliau pun mengibarkan bendera merah putih di Istana Siak dan tak lama kemudian beliau berangkat ke Jawa menemui Bung Karno dan menyatakan bergabung dengan Republik Indonesia sambil menyerahkan Mahkota Kerajaan serta uang sebesar Sepuluh Ribu Gulden. Dan sejak itu beliau meninggalkan Siak dan bermukim di Jakarta. Baru pada tahun 1960 kembali ke Siak dan mangkat di Rumbai pada tahun 1968. Diawal Pemerintahan Republik Indonesia, Kabupaten Siak ini merupakan Wilayah Kewedanan Siak di bawah Kabupaten Bengkalis yang kemudian berubah status menjadi Kecamatan Siak. Barulah pada tahun 1999 berubah menjadi Kabupaten Siak dengan ibukotanya Siak Sri Indrapura berdasarkan UU No. 53 Tahun 1999 SILSILAH Raja Raja yang pernah berkuasa di kerajaan Siak:  sultan Abdul Jalil Rakhmad Syah Almarhum Buantan (1723-1744)  Sultan Mohamad Abdul Jalil Jalaladdin syah(1744-1760)  Sultan Ismail Abdul Jalil Jalaluddin Syah(1760-1761)  Sultan abdul Jalil Amaluddin Syah(1761-1766)  Sultan Mohmad Ali Abdul Jalil Mu'azam Syah(1766-1779)  Sultan Ismail Abdul Jalil Rakhmat Syah(1779-1781)  Sultan Yahya Abdul Jalin Muzafar Syah(1782-1784)  Sultan Assyaidis Syarif Ali Abdul Jalil Syaifuddin(1784-1811)  Sultan Assyaidis Syarif Ibrahim Abdul Jalil Kholiluddin(1811-1827)  Sultan Assyaidis Syarif Ismail Abdul Jalil Syaifuddin(1827-1864)  Sultan Assyaidis Syarif kasim I Abdul Jalil Syaifuddin(1864-1889)  Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin(1889-1908)  Sultan Assyaidis Syarif kasim II Abdul Jalil Syaifuddin(1908-1946). candi muara takus Candi Muara Takus adalah candi tertua di Sumatera yang terbuat dari tanah liat, tanah pasir, dan batu bata sementara candi yang ada di Jawa terbuat dari batu andesit yang diambil dari pegunungan. Bahan pembuat candi ini, khususnya tanah liat, diambil dari desa Pongkai yang terletak kurang lebih 6 km di sebelah hilir kompleks Candi Muara Takus. Nama Pongkai berasal dari bahasa Cina Pong berati lubang dan Kai berarti tanah, maksudnya adalah lubang tanah yang diakibatkan oleh penggalian untuk pembuatan candi Muara Takus tersebut. Bekas lubang galian sekarang tidak dapat kita temukan lagi karena sudah tenggelam oleh genangan waduk PLTA Koto Panjang. Bangunan utama di kompleks ini adalah sebuah stupa yang besar dengan sebuah bentukan menara yang sebagian besar terbuat dari batu bata dan sebagian kecil batu pasir kuning. Halaman candi ini berbentuk bujur sangkar (persegi) yang dikelilingi tembok berukuran 74 x 74 meter yang terbuat dari batu putih dengan tinggi tembok ± 80 cm. Di luar arealnya terdapat pula tembok tanah berukuran 1,5 x 1,5 kilometer yang mengelilingi kompleks ini sampai ke pinggir sungai Kampar Kanan. Di dalam kompleks ini terdapat bangunan Candi Tua, Candi Bungsu, Mahligai Stupa serta Palangka. Di luar kompleks ini terdapat pula bangunan-bangunan (bekas) yang terbuat dari batu bata, yang belum dapat dipastikan jenis bangunannya. Kompleks Candi Muara Takus, merupakan satu-satunya peninggalan sejarah yang berbentuk candi di Riau. Candi yang bersifat Buddhis ini merupakan bukti bahwa agama Buddha pernah berkembang di kawasan ini. Bangunan candi yang terdapat di kompleks Candi Muara Takus antara lain : 1. Candi Mahligai: candi yang dianggap paling utuh. Bangunan ini terbagi atas tiga bagian, yaitu kaki, badan, dan atap. Stupa ini memiliki pondasi berdenah persegi panjang dan berukuran 9,44 m x 10,6 m, serta memiliki 28 sisi yang mengelilingi alas candi dengan pintu masuk berada di sebelah Selatan. Pada bagian alas tersebut terdapat ornamen lotus ganda, dan di bagian tengahnya berdiri bangunan menara silindrik dengan 36 sisi berbentuk kelopak bunga pada bagian dasarnya. Bagian atas dari bangunan ini berbentuk lingkaran. Dahulu menurut DR. FM Snitger, pada keempat sudut pondasi terdapat 4 arca singa dalam posisi duduk yang terbuat dari batu andesit. Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yzerman, dahulu bagian puncak menara terdapat batu dengan lukisan daun oval dan relief-relief sekelilingnya. Bangunan ini diduga mengalami dua tahap pembangunan. Dugaan in didasarkan pada kenyataan bahwa di dalam kaki bangunan yang sekarang terdapat profil kaki bangunan lama sebelum bangunan diperbesar. 2. Candi Sulung (Tua): yaitu candi terbesar di antara bangunan lainnya di kompleks Candi Muara Takus. Bangunan ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kaki, badan, dan atap. Bagian kaki terbagi dua. Ukuran kaki pertama tingginya 2,37 m sedangkan yang kedua mempunyai ketinggian 1,98 m. Tangga masuk terdapat di sisi Barat dan sisi Timur yang didekorasi dengan arca singa. Lebar masing-masing tangga 3,08 m dan 4 m. Dilihat dari sisa bangunan bagian dasar mempunyai bentuk lingkaran dengan garis tengah ± 7 m dan tinggi 2,50 m. Ukuran pondasi bangunan candi ini adalah 31,65 m x 20,20 m. Pondasi candi ini memiliki 36 sisi yang mengelilingi bagian dasar. Bagian atas dari bangunan ini adalah bundaran. Tidak ada ruang kosong sama sekali di bagian dalam Candi Sulung. Bangunan terbuat dari susunan bata dengan tambahan batu pasir yang hanya digunakan untuk membuat sudut-sudut bangunan, pilaster-pilaster, dan pelipit-pelipit pembatas perbingkaian bawah kaki candi dengan tubuh kaki serta pembatas tubuh kaki dengan perbingkaian atas kaki. Berdasarkan penelitian tahun 1983 diketahui bahwa candi ini paling tidak telah mengalami dua tahap pembangunan. Indikasi mengenai hal ini dapat dilihat dari adanya profil bangunan yang tertutup oleh dinding lain yang bentuk profilnya berbeda. 3. Candi Bungsu: bentuknya tidak jauh beda dengan Candi Sulung. Hanya saja pada bagian atas berbentuk segi empat. Ia berdiri di sebelah barat Candi Mahligai dengan ukuran 13,20 x 16,20 meter. Di sebelah Timur terdapat stupa-stupa kecil serta terdapat sebuah tangga yang terbuat dari batu putih. Bagian pondasi bangunan memiliki 20 sisi, dengan sebuah bidang di atasnya. Pada bidang tersebut terdapat teratai. Penelitian yang dilakukan oleh Yzerman, berhasil menemukan sebuah lubang di pinggiran padmasana stupa yang di dalamnya terdapat tanah dan abu. Dalam tanah tersebut didapatkan tiga keping potongan emas dan satu keping lagi terdapat di dasar lubang, yang digores dengan gambar-gambar tricula dan tiga huruf Nagari. Di bawah lubang, ditemukan sepotong batu persegi yang pada sisi bawahnya ternyata digores dengan gambar tricula dan sembilan buah huruf. Bangunan ini dibagi menjadi dua bagian menurut jenis bahan yang digunakan. Kurang lebih separuh bangunan bagian Utara terbuat dari batu pasir, sedangkan separuh bangunan bagian selatan terbuat dari bata. Batas antara kedua bagian tersebut mengikuti bentuk profil bangunan yang terbuat dari batu pasir. Hal ini menunjukkan bahwa bagian bangunan yang terbuat dari batu pasir telah selesai dibangun kemudian ditambahkan bagian bangunan yang terbuat dari bata. 4. Candi Palangka: terletak di sisi Timur stupa mahligai dengan ukuran tubuh candi 5,10 m x 5,7 m dengan tinggi sekitar dua meter. Candi ini terbuat dari batu bata, dan memiliki pintu masuk yang menghadap ke arah utara. Candi Palangka pada masa lampau diduga digunakan sebagai altar. PLTA koto panjang PLTA Koto Panjang terletak di desa Merangin Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Propinsi Riau di pinggir jalan nasional yang menghubungkan Propinsi Riau dan Propinsi Sumatera Barat, berjarak 20 Km dari Bangkinang atau 85 Km dari Kota Pekan Baru. Titik koordinat kota Kecamatan 1000 , 4' BT dan 00°, 3' LU, dengan ibukota Kecamatan Batu Bersurat. Luas wilayah genangan (waduk) lebih kurang 12.400 Ha yang melipuli 8 (delapan) desa di kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Propinsi Riau, dan 2 (dua) desa di kecamatan Pangkalan Koto Baru, Kabupaten 50 Kota, Propinsi Sumatera Barat. Pembangunan proyek PLTA Koto Panjang bertujuan untuk mengantisipasi laju pembangunan di Propinsi Riau, khususnya dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga listrik jangka panjang, serta untuk memacu pertumbuhan ekonomi masyarakat pada sektor hulu dan hilir. Selain itu pembangunan proyek ini bertujuan untuk pengembangan wilayah baru melalui pembangunan lokasi pemukiman baru, masyarakat yang dipindahkan memiliki lahan pertanian masing-masing seluas 2,5 Ha. Pembangunan proyek juga meningkatkan aksesibilitas masyarakat dengan dibukanya jalan-jalan baru, mengeleminir keterisolasian daerah-daerah terpencil, serta terbukanya lapangan usaha di sektor jasa dan perdagangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan adanya proyek PLTA Koto Panjang terjadi penurunan pendapatan rata-rata masyarakat secara signifikan, yakni sebesar 9,37 persen. Sedangkan tingkat kepadatan penduduk di Kecamatan XIII Koto Kampar setelah adanya proyek bertambah sebesar 15,93 persen. Adapun dampak proyek terhadap produksi pertanian padi menyebabkan terjadinya penurunan sebesar 47,95 persen, sedangkan produksi jagung turun sebesar 21,84 persen. Kawasan PLTA Koto Panjang tidak semata-mata sebagai sumber tenaga listrik dan sumber air bersih, tapi juga menyimpan nilai historis bagi masyarakat Kabupaten Kampar dan Kabupaten Lima Puluh Kota khususnya serta masyarakat Provinsi Riau dan Sumatera Barat pada umumnya. Pembangunan kawasan PLTA Koto Panjang dimulai tahun 1979, ketika PLN berencana membangun dam skala kecil di Tanjung Pauh untuk memanfaatkan air Batang Mahat, anak Sungai Kampar Kanan. Pada bulan September dan November 1979, TEPSCO (Tokyo Electric Power Service Co. Ltd.), sebuah perusahaan konsultan Jepang, mengirim tim pencarian proyek (project finding) ke Sumatera. Dari hasil survey yang dilakukan, TEPSCO mengusulkan pembangunan waduk berskala besar di pertemuan Sungai Kampar Kanan dengan Batang Mahat yang lokasi damsitenya di daerah Koto Panjang. Pada bulan Januari 1993, pembangunan proyek yang terletak di tapal batas Provinsi Riau dengan Provinsi Sumatera Barat ini pun dimulai. Pada bulan Maret 1996, bendungan selesai dibangun dan langsung dilakukan ujicoba penggenangan air. Bertepatan dengan hari Jumat tanggal 28 Februari 1997, penggenangan air secara resmi dilakukan. Kawasan PLTA Koto Panjang memiliki panorama alam yang indah dengan latar deretan bukit-bukit yang ditumbuhi berbagai jenis pepohonan. Dari jauh terlihat Gunung Bukit Barisan yang menjadi hulu air waduk ini. Air danaunya yang biru seakan-akan menarik pengunjung untuk mengarungi areal sekitar 12.900 hektar ini dengan perahu atau pompong. Kawasan yang asri dan tenang ini sangat cocok dijadikan tempat untuk melepaskan penat sehabis bekerja seharian atau sekadar untuk mencari inspirasi.

Senin, 08 November 2010

hak cipta

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta :
• Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.(Pasal 1 ayat 1)
• Hak cipta diberikan terhadap ciptaan dalam ruang lingkup bidang ilmu pengetahuan, kesenian, dan kesusasteraan. Hak cipta hanya diberikan secara eksklusif kepada pencipta, yaitu "seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya lahir suatu ciptaan berdasarkan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi".

Rabu, 06 Oktober 2010

pameran perpustakaan BPA

BPA Kembali Gelar Pameran Pustaka,buku dan multi Media
Minggu, 25 Desember 2005

PEKANBARU (Riau Online): Menurut rencana bersempena hari gemar membaca, Badan Perpustakan dan Arsip (BPA) Provinsi Riau kembali menggelar kegiatan pameran perpustakaan, buku dan Multi Media tahun 2005. Rencananya kegiatan yang sudah menjadi agenda tahunan BPA tersebut akan digelar pada 27 September hingga 1 Oktober mendatang di komplek BPA Riau Jalan Sudirman, Pekanbaru.
PEKANBARU (Riau Online): Menurut rencana bersempena hari gemar membaca, Badan Perpustakan dan Arsip (BPA) Provinsi Riau kembali menggelar kegiatan pameran perpustakaan, buku dan Multi Media tahun 2005. Rencananya kegiatan yang sudah menjadi agenda tahunan BPA tersebut akan digelar pada 27 September hingga 1 Oktober mendatang di komplek BPA Riau Jalan Sudirman, Pekanbaru.

"Kegiatan serupa juga sudah pernah dilakukan tahun sebelumnya, dan kegiatan pameran ini sudah dijadikan agenda rutin BPA Provinsi Riau bersempena dengan hari Gemar Membaca tahun 2005,"kata Kepala BPA Riau, H Ahmad Syah Harrofie,SH,MH, Sabtu (10/9) kemarin

Maksud kegiatan ini adalah untuk memberikan motivasi terutama kepada generasi muda atau pelajar untuk selalu gemar membaca, dan ini juga sejalan dengan visi Riau 2020 serta untuk meningkatkan mutu sumberdaya manusia.

Pada kegiatan pameran yang akan berlangsung selama lima hari tersebut, saat ini sudah terdapat sebanyak 20 penerbit dari luar Provinsi yang akan mengikuti pameran tersebut diantarnya Bumi Aksara Jakarta, Air Langga Jakarta, Pabelant Surakarta, Yudistira Jakarta

Intan Pariwara Magelang, Aneka Ilmu Semarang, Tiga Serangkai Jakarta, Paramitra Book Corner Jakarta, Grafindo Jakarta, Elex Media Komputindo Jakarta, Gramedia Group Jakarta, dan Nuansa Cerah Informasi (NCI) Bandung

"sedangkan untuk penerbit lokal yang akan ikut serta adalah Pusaka Riau, Unri Press, UIR Press, IKAPI Perwakilan Riau, ISDP, Persada Riau dan RME,"terang Ahmad

Selain penerbit juga akan mengikutsertakan sejumlah perpustakaan umum kabupaten/kota yakni Perpustakaan Dumai, Bengkalis, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir dan Perpustakaan umum Kampar, Perpustakaan perguruan tinggi dan perpustakaan nasional, yang diharapkan akan mem\nampilkan koleksi-koleksi Melayu Kuno dan di tambah 2 perpustakaan instansi, perpustakaan swasta terpilih serta taman bacaan komunitas atau taman bacaan terpilih

Menurutnya, peminat yang ingin mengikuti kegiatan pameran ini cukup tinggi, baik dari dalam maupun luar Provinsi, namun karena keterbatasn lokasi yang ada di Komplek BPA, maka jumlah peserta yang akan ikut dibatasi.